Analisis Laporan Keuangan Volkswagen
10 06 2014
Laporan Keuangan Volkswagen
AKUNTANSI INTERNASIONAL
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN VOLKSWAGEN
Disusun oleh :
Bahesti (21210313)
Fauziah Nisaa (22210659)
Ira Paramita (23210585)
Novi Sayekti (25210059)
Oky Bermas (25210271)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan dana
dan kemampuan di dalam pengelolaannya. Berhasil tidaknya usaha pengelolaan
sangat bergantung pada kemampuan manajemen dalam mengelola sumber dan potensi
modal kerja perusahaan tersebut.
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang keadaan keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan suatu alat
pengukur, yaitu rasio. Rasio ini digunakan untuk menganalisis atau
menginterpretasikan data keuangan dengan jalan menghubungkan elemen-elemen dari
berbagai aktiva dan pasiva serta pos-pos perhitungan laba/rugi pada laporan keuangan.
Analisis atas laporan keuangan tersebut akan menggambarkan kondisi finansial
perusahaan, antara lain mengetahui posisi likuiditas, solvabilitas, aktivitas
dan rentabilitas perusahaan.
Analisis rasio likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang jatuh tempo. Adanya
analisis rasio likuiditas akan berguna bagi pihak manajemen untuk menarik
kepercayaan para kreditor untuk memberikan kredit atau pinjaman. Selain itu,
rasio ini juga dapat digunakan untuk menganalisis penggunaan modal kerja dalam
pembiayaan kegiatan operasi perusahaan. Analisis solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila
sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan. Dengan kata lain,
solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua
utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan rasio
rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
Hasil analisis tersebut penting artinya bagi pimpinan
perusahaan sebagai dasar dalam rangka penyusunan rencana yang lebih baik,
perbaikan sistem pengawasan dan penentuan kebijaksanaan yang lebih tepat di
masa yang akan datang. Bagi pihak manajemen akan dapat mengetahui hasil dan
perkembangan yang dicapai serta kegagalan yang diderita pada tahun sebelumnya
maupun tahun yang sedang berjalan.
Tidak hanya pihak pimpinan perusahaan dan manajemen
perusahaan yang tertarik terhadap hasil angka rasio finansial, tetapi kreditor
baik jangka panjang maupun jangka pendek serta pemegang saham yang akhirnya
atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran
bunga di masa yang akan datang.
Menyadari betapa pentingnya kinerja keuangan untuk
menghasilkan laba perusahaan,
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Kita dapat mengetahui suatu perusahaan berkembang atau
tidaknya dengan cara melihat kondisi keuangannya, sedangkan kondisi keuangan
itu sendiri dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
tersebut. Adapun pengertian laporan keuangan itu sendiri menurut beberapa pakar
ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Menurut Myer dalam bukunya Financial Statement
Analysis mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah : “Dua
daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan.
Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar
pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi
kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar
surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)” (S. Munawir,
1995).
2. Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan
Akuntan Indonesia, Jakarta 1974) dikatakan bahwa laporan keuangan ialah neraca
dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam
lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana.
3. Menurut Miswanto dan Eko Widodo (1998) laporan
keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh perusahaan yang
bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan posisi keuangannya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan, terutama bagi pihak kreditur, investor dan pihak manajemen
dari perusahaan itu sendiri.
Laporan Keuangan bersifat historis serta menyeluruh,
yaitu dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau
laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak
management yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat
penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan
tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data
tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih
lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang
akan diambil (S. Munawir, 1995).
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2001), tujuan utama Laporan Keuangan
adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis.
Para pemakai laporan akan mengunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan
menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
Seandainya nilai uang tidak stabil, hal ini harus dijelaskan dalam laporan
keuangan.
Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang
dilaporkan tidak saja aspek kuantatif, tapi juga mencakup penjelasan-penjelasan
lainnya yang dirasa perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur
secara objektif. Komite Trueblood merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai
berikut :
1. Pemakai Laporan Keuangan, tujuan utama dari laporan
keuangan adalah memberikan informasi sebagai dasar dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Pemakai Umum, tujuan laporan keuangan adalah
melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan atau sumber kekayaan
yang terbatas untuk mendapatkan informasi dan yang meyakini laporan keuangan
sebagai sumber informasi utama mengenai aktivitas perusahaan.
3. Pemakai Lain, tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk meramalkan,
membandingkan, dan menilai potensi arus kas menurut jumlah, waktu dan dengan
memperhatikan ketidakpastian lainnya.
4. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk meramalkan, membandingkan,
dan menilai “earning power” (kemampuan mendapatkan laba) perusahaan.
5. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi
yang berguna dalam menilai kemampuan manajemen menggunakan sumber kekayaan
perusahaan secara efektif dalam mencapai tujuan utama perusahaan.
6. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
yang faktual dan yang dapat ditafsirkan tentang transaksi dan kejadian lainnya
yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning power”
perusahaan.
7. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan
tentang posisi keuangan yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan
menilai “earning power” perusahaan.
8. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan
laba periodik yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai
“earning power” perusahaan.
9. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan laporan
kegiatan yang berguna untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai “earning
power” perusahaan.
10. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi yang berguna untuk proses peramalan.
11. Tujuan laporan keuangan bagi lembaga pemerintah
dan lembaga yang bukan bertujuan untuk mendapat laba adalah memberikan
informasi yang berguna untuk menilai efektivitas dari manajemen dan
sumber-sumber kekayaan dalam mencapai tujan perusahaan.
12. Tujuan laporan keuangan adalah menyajikan kegiatan
perusahaan yang mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan, dijelaskan atau
diukur dan merupakan hal yang penting bagi peranan perusahaan dalam
lingkungannya.
Tujuan laporan keuangan dalam Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) 1984 adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya
mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto (sumber dikurangi
kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas dalam
memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu
para pemakai laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai
perubahan dalam sumber-sumber dan kewajiban, seperti informasi mengenai
aktivitas penanaman modal.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain
yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai
laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Informasi keuangan yang disebutkan didalam tujuan
diatas akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :
1. Relevan, relevensi suatu informasi harus
dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk
keperluan para pangambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya,
meskipun kualitas-kualitas lainnya terpenuhi.
2. Dapat dimengerti, informasi harus dapat dimengerti
oleh pemakainya dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan
dengan batas pengertian para pemakai.
3. Daya uji, informasi harus dapat diuji kebenarannya
oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang
sama.
4. Netral, informasi harus diarahkan pada kebutuhan
umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak
tertentu.
5. Tepat waktu, informasi harus disampaikan sedini
mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan
keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan
keputusan tersebut.
6. Daya banding, informasi dalam laporan keuangan akan
lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. Lengkap, informasi akuntansi yang lengkap meliputi
semua data akuntansi yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif
(karakteristik) diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar
pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.
2.1.3 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan
keuangan menurut SAK hanya tiga, yaitu :
1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan
perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah
hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan arus kas. Di sini dimuat sumber dan
pengeluaran kas perusahaan selama satu periode.
Beberapa macam laporan keuangan menurut Kasmir (2010),
yaitu :
1. Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan jumlah
aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat
tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar beberapa jumlah harta,
kewajiban, dan modal suatu perusahaan. Pembuatan neraca biasanya dibuat secara
periode tertentu (tahunan). Akan tetapi pemilik atau manajemen dapat pula
meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa
harta, utang, dan modal yang dimilikinya pada saat tertentu. Dalam neraca disajikan
berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada dineraca, yaitu
meliputi :
• Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki
• Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva
• Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability)
• Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau
utang
• Jenis-jenis modal (equity)
• Serta jumlah rupiah masing-masing jenis modal
2. Laporan laba rugi, menunjukan kondisi usaha suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus
dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah
perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga
dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Adapun informasi yang
disajikan perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi :
• Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh
dalam suatu periode
• Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
• Jumlah keseluruhan pendapatan
• Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
• Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang
dikeluarkan dan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
• Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah
pendapatan dan biaya. Selisih ini disebut laba atau rugi
3. Laporan perubahan modal, merupakan laporan yang
menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian laporan
ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.
Informasi yang diberikan dalam laporan perubahan modal meliputi :
• Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini
• Jumlah rupiah tiap jenis modal
• Jumlah rupiah modal yang berubah
• Sebab-sebab berubahnya modal
• Jumlah rupiah modal sesudah perubahan
4. Laporan catatan atas laporan keuangan, merupakan
laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan
ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan
keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar
pengguna laporan keuangan menjadi jelas akan data yang disajikan.
5. Laporan arus kas, merupakan laporan keuangan yang
menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk
berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar
merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun
arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
2.2 Analisis Ratio Keuangan
Analisis ratio adalah suatu metode analisa untuk
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (S. Munawir, 1995).
Berdasarkan sumber datanya maka angka ratio dapat dibedakan menjadi :
1. Ratio-ratio Neraca (Balance Sheet Ratio) yang
tergolong dalam kategori ini adalah semua ratio yang semua datanya diambil atau
bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio.
2. Ratio-ratio Laporan laba-rugi (Income Statement
Ratio) yaitu ratio yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan
laba-rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio
dan lain sebagainya.
3. Ratio-ratio Antara Laporan (Interstatement Ratio)
ialah semua angka ratio yang dalam penyusunan datanya berasal dari neraca dan
data lainnya dari laporan laba-rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan
(Inventory Turn Over), tingkat perputaran piutang (Account Receivable Turn
Over), Sales to Inventory, Sales to Fixed Assets dan lain sebagainya.
Menurut Kasmir (2010), dalam praktiknya terdapat
beberapa macam jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan. Berikut ini jenis-jenis rasio keuangan, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas (Leverage)
3. Rasio Aktivitas
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Pertumbuhan
6. Rasio Penilaian
2.2.1 Rasio Likuiditas
Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas
(liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih,
maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang
sudah jatuh tempo.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan
terdiri dari :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva
lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh
tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Rumus :
2. Rasio sangat Lancar (Quick Ratio)
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar
atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai
sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal
ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk
diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar
kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Rumus :
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang
setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan yang ada di bank (yang
dapat ditarik setiap saat menggunakan kartu ATM). Dapat dikatakan rasio ini
menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang
jangka pendeknya. Rumus :
4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)
Cash turnover menurut James O. Gill, digunakan untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk
membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus :
5. Inventory to Net Working Capital
Inventory to net working capital merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan
antara aktiva lancar dengan utang lancar.
2.2.2 Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio solvabilitas atau leverage ratio, merupakan
rasio yang digunkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya, beberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya baik jangka pendek maupun janka panjang apabila perusahaan
dibubarkan (dilikuidasi).
Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain :
1. Debt to Total Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt to total asset ratio merupakan rasio utang yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang
atau seberapa besar utang perusahaan berpengauh terhadap pengelolaan aktiva.
Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva.
Rumus :
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan, dengan kata lain rasio ini untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Rumus :
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara
utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur
beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang
jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan
modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus :
4. Times Interest Earned
Times interest earned merupakan rasio untuk mencari
jumlah kali perolehan bunga (J. Fred Weston). Rasio ini diartikan juga
kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio
(menurut James C. Van Horne). Rumus :
5. Fixed Charge Coverage
Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap
merupakan rasio yang menyerupai rasio Times interest earned. Hanya saja bedanya
dalam rasio ini dilakukan, apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang
atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap
merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.
Rumus :
2.2.3 Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan
misalnya dibidang penjualan, sediaan, penagihan, piutang, dan efisiensi di
bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Jenis-jenis rasio aktvitas yang dirangkum dari
beberapa ahli keuangan, yaitu :
1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Receivable Turnover merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa
kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Makin
tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin
rendah (bandingkan dengan rasio tahunan sebelumnya) dan tentunya kondisi ini
bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah, maka ada over
investmen dalam piutang. Rumus :
2. Hari Rata-rata Penagihan Piutang (Days of
Receivable)
Bagi perbankan yang akan memberikan kredit, perlu juga
menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable). Hasil
perhitungan ini menunjukkan jumlah hari piutang (berapa hari) tersebut
rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales
uncollected. Rumus :
3. Perputaran Sedian (Inventory Turnover)
Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini
berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan
merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti
dalam satu tahun. Makin kecil rasio ini, maka semakin jelek, begitu pula
sebaliknya. Rumus :
4. Hari Rata-rata Penagihan Sediaan (Days of
Inventory)
5. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Working capital turnover merupakan salah satu rasio
untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode
tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau
dalam suatu periode. Untuk mengukur rasio ini kita membandingkan antara
penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Rumus :
6. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assetss Turnover)
Fixed assetss turnover merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar
dalam satu periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah perusahaan
sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari
rasio ini caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva
tetap dalam suatu periode. Rumus :
7. Perputaran Aktiva (Assetss Turnover)
Assetss turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan kemudian juga
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
2.2.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa
penggunaa rasio ini menujukan efisiensi perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut :
1. Profit Margin (Profit Margin on Sales)
Profit margin on sales atau margin laba atas penjualan
merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas
penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara
laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
a. Untuk margin laba kotor, menunjukkan bahwa laba
yang relatif terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga
pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok
penjualan. Rumus :
b. Untuk margin laba bersih, merupakan ukuran
keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak
dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih
perusahaan atas penjualan. Rumus :
2. Return on Investment (ROI)
Hasil pengembalian investasi atau lebih sering dikenal
dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan
rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam
mengelola investasinya. Rumus :
3. Return on Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity atau
rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal
sendiri. Makin tinggi rasio ini, maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik
perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus :
4. Laba Per Lembar Saham (Earnings Per Share)
Earnings per share atau disebut juga rasio nilai buku,
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan
bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil unuk
memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan resiko yang tinggi, maka
kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat
pengembalian yang tinggi. Rumus :
5. Return on Asset (ROA)
Menurut Bambang (1997), Return on Asset adalah rasio
keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa
besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Pengukuran
kinerja dengan Return on Asset menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Untuk mengukur
rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak dengan
total aktiva perusahaan. Rumus :
2.2.5 Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan atau Growth Ratio, merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di
tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio yang
dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan
pendapatan per saham, dan petumbuhan dividen per saham.
2.2.6 Rasio Penilaian
Rasio Penilaian (Valuation Ratio) merupakan rasio yang
memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas
biaya investasi, seperti :
1. Rasio harga saham terhadap pendapatan
2. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Volkswagen
The Volkswagen Group adalah sebuah grup korporasi dari
Jerman, yang merupakan salah satu grup produsen mobil nomor 3 di dunia, setelah
Toyota Motor Corporation dan General Motors. Pasar utama perusahaan ini adalah
Eropa, dan anak perusahaan Grup Volkswagen memiliki merek-merek mobil terkenal,
seperti Volkswagen, Audi, Bentley, Bugatti, Ducati, Škoda Auto, Lamborghini,
SEAT, Porsche, MAN SE, dan Scania AB.
Pasar kedua terbesar Volkswagen adalah Republik Rakyat
Tiongkok di mana anak perusahaannya, Grup Volkswagen Tiongkok adalah pembuat
mobil asing terbesar. Perusahaan ini berawal dari perusahaan Jerman yang
didirikan pada 1937 sebagi perhatian publik yang pada pemerintahan Nazi mencoba
menjual mobil yang serkarang melegenda VW Kodok. Setelah Perang Dunia II di
1945, tentara Britania mengambil alih pabrik yang terkena bom dan memulai
produksi Beetle lagi selama masa pasca-perang yang sulit, yang harus dihadapi Jerman.
Pada 1948, Pemerintah Britania menyerahkan perusahaan ini kembali ke Jerman, di
mana perusahaan ini diatur oleh bekas kepala Opel, Heinrich Nordhoff.
Pada 2013, Grup meningkatkan jumlah kendaraan dikirim
ke pelanggan untuk 9.731.000 (2012: 9.276.000), sesuai dengan pangsa 12,8
persen dari pasar mobil penumpang di dunia. Di Eropa Barat, hampir satu dari
empat mobil baru (24,8 persen) dibuat oleh Volkswagen Group. Pendapatan
penjualan Grup pada tahun 2013 mencapai € 197.000.000.000 (2012: €
193000000000), sedangkan laba setelah pajak sebesar € 9300000000 (2012: €
21900000000).
Grup terdiri dari dua belas merek dari tujuh negara
Eropa: Volkswagen Passenger Cars, Audi, SEAT, Skoda, Bentley, Bugatti,
Lamborghini, Porsche, Ducati, Volkswagen Commercial Vehicles, Scania dan MAN.
Setiap merek memiliki karakter sendiri dan beroperasi sebagai entitas
independen di pasar. Spektrum produk berkisar dari sepeda motor ke-konsumsi
rendah mobil kecil dan kendaraan mewah. Di sektor kendaraan komersial, termasuk
produk berkisar dari pick-up, bus dan truk berat.
The Volkswagen Group juga aktif dalam bidang bisnis
lainnya, manufaktur mesin diesel besar-menanggung untuk aplikasi laut dan
stasioner (pembangkit listrik turnkey), turbocharger, turbomachinery (uap dan
gas turbin), kompresor dan reaktor kimia. Hal ini juga menghasilkan transmisi
kendaraan, unit gigi khusus untuk turbin angin, bantalan slide dan kopling
serta sistem pengujian untuk sektor mobilitas. Selain itu, Volkswagen Group
menawarkan berbagai jasa keuangan, termasuk agen dan pembiayaan konsumen, sewa
guna usaha, kegiatan perbankan dan asuransi, dan manajemen armada.
3.2 Analisis Laporan Volkswagen
1. Current Ratio
Current Rasio merupakan perbandingan antara aset
lancar pada neraca perusahaan terhadap kewajiban lancarnya. Analisa ini
termasuk dalam analisa likuiditas, yang tujuannya mengevaluasi kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset
lancarnya.
CR = Current Asset / Current Liabilities
Current Ratio merupakan rasio likuiditas. Current
Ratio yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva
lancar. Rasio ini paling sering digunakan untuk mengukur kemampuan membayar
hutang jangka pendek total, karena mununjukkan seberapa besar tuntutan kreditur
jangka pendek yang dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat menjadi kas
dalam periode yang hampir sama dengan masa jatuh tempo tuntutan tersebut.
Aset lancar dapat digunakan untuk membayar/ memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahaan. Aset lancar terdiri dari apa saja? Biasanya
berupa Kas dan Rekening Bank, Piutang, Persediaan atau investasi jangka pendek
pada saham perusahaan lain. Intinya adalah semua pos dalam neraca perusahaan
yang dapat segera dijadikan uang untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Apa saja yang termasuk kewajiban jangka pendek
perusahaan? Ya bisa berupa hutang bank jangka pendek (angsuran kredit), hutang
dagang kepada suppliernya (pembelian dengan kredit), hutang pajak, hutang gaji
karyawan (perkiraan pembayaran gaji karyawan bulan berikutnya dari laporan
keuangan).
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui
sebagai berikut :
Aktiva Lancar 113061
CR = = = 1,07
Hutang Lancar 105.513
Current Ratio sebesar 1,07 yang artinya, setiap € 1
hutang lancar yang segera jatuh tempo, dijamin oleh € 1,07 aktiva lancar.
Current Rasio harus > 1 karena current rasio < 1
menunjukkan perusahaan tidak memiliki aset yang dapat segera dijadikan uang
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Tentu hal ini berdampak terhadap bisnis
perusahaan. Bisa saja supplier tidak mau lagi memasok barang dimasa yang akan
datang, atau karyawan kecewa karena gajian yang tertunda. Meskipun demikian,
memelihara current rasio terlalu tinggi juga bukan hal yang disarankan, karena
biasanya tidak efisien.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
DER = Total Debt / Total Equity
Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsi pendanaan
perusahaan yang berasal dari hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Analisa
rasio ini termasuk dalam analisa Leverage. Agak susah mencari padanan kata
“leverage” dalam bahasa Indonesia. Beberapa buku menterjemahkan sebagai rasio
pengungkit. Ya, intinya bagaimana aset perusahaan ‘diungkit’ ke posisi yang
lebih baik, apakah melalui hutang atau modal sendiri.
Yang termasuk komponen hutang dalam analisa rasio ini
apa saja? Semuanya, mau hutang jangka panjang atau jangka pendek. Tapi tidak
termasuk sebagai komponen hutang apabila ada hutang kepada pemegang saham yang
diperlakukan sebagai Sub-Ordinated Loan (SOL), yang dalam kondisi
default/bangkrut, dilunasi belakangan dibandingkan hutang ke pihak lain.
Semakin besar rasio ini maka semakin tidak
menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang
semakin kecil. Rasio di atas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah
utang lebih besar daripada modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan
terbayar utang dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada (Miswanto
dan Eko Widodo, 1998).
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui
sebagai berikut :
Total Hutang 227.819
DER = = = € 2,78 = 278%
Total Modal Sendiri 81.825
Rasio sebesar 278% yang berarti jumlah hutang sangat
besar melebihi modal pemilik.
Dalam perbankan, analisa DER akan memperlihatkan
bagaimana selama ini perusahaan nasabah membiayai usahanya, apakah dengan modal
sendiri atau dengan hutang. Kalau kebanyakan hutang, dikhawatirkan perusahaan
akan kesulitan memenuhi kewajibannya kepada bank dimasa yang akan datang.
Seberapa besar perbandingan hutang terhadap modal? Umumnya hutang 2x lebih
banyak dibandingkan modal (DER=2) adalah patokan umum yang ideal untuk berbagai
perusahaan.
3. Return on Asset (ROA)
Return on Asset adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya
yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Rasio ini menunjukkan
berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya.
ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk
menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan
(Bambang R, 1997).
ROA = Profit after tax / Total assets
Menurut Harahap (2009), semakin besar rasionya semakin
bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya
secara efektif untuk menghasilkan laba. Return On Assets (ROA) merupakan suatu rasio
penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
investasi yang telah ditanamkan (aset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba.
Return On Assets (ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam
melakukan investasi terhadap saham di bursa saham. Tingkat profitabilitas
merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai
efektifitas operasional perusahaan.
Pada perusahaan Volkswagen di tahun 2012 diketahui
sebagai berikut :
Laba setelah pajak 21.884
ROA = = = € 0,07
Total aktiva 309.664
Return on Asset tahun 2012 sebesar 0,07 artinya setiap
€ 1 dalam penggunaan aktivanya akan menghasilkan keuntungan sebesar € 0,07.
Menurut surat ketetapan BI No.23/67/KEP/DIR nilai
batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah 1% maka perusahaan
berada di zona tidak aman. Jadi perusahaan ini berada pada zona tidak aman
Return On Asses (ROA) yang positif menunjukan bahwa
dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan
laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang
dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil laporan keuangan yang telah dilakukan,
berikut adalah kesimpulan dari analisa yang menggunakan Current Ratio, Retrun
on Assets dan Debt to Equity Ratio pada Volkswagen Group. Current Ratio sebesar
1,07 yang artinya, setiap € 1 hutang lancar yang segera jatuh tempo, dijamin
oleh € 1,07 aktiva lancar. Hal ini menunjukkan perusahaan memiliki aset yang
dapat segera dijadikan uang untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Debt to Equity Rasio sebesar 2,78 atau 278% yang
berarti jumlah hutang sangat besar melebihi modal pemilik. Hal ini sangat
berbahaya bagi para kreditur Volkswagen karena jumlah utang lebih besar daripada
modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayar utang dengan menggunakan
laba operasi perusahaan yang ada.
Return on Asset tahun 2012 sebesar 0,07 yang berarti
setiap € 1 dalam penggunaan aktivanya akan menghasilkan keuntungan sebesar €
0,07. Karena nilai ROA < 1 maka perusahaan ini berada pada zona tidak aman
atau mengalami kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
S. Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan, Edisi
Empat. Yogyakarta: Liberty.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana